25215373
22215686
22215211
Minggu ke-5
1.
Produk Domestik
Bruto (PDB)
Adalah jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit - unit produksi dalam wilayah
suatu Negara (domestik) yang berlangsung selama satu tahun. Pada perhitungan
PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang
asing yang berproduksi di Negara yang bersangkutan. Barang-barang yang
dihasilkan termasuk barang modal yang belum di perhitungkan penyusutannya
bersifat beruto/kotor. Perhitungan PDB dilakukan dengan cara berikut ini :
·
PDB dihitung berdasarkan unit-unit
produksi yang melingkupi sektor-sektor ekonomi
·
PDB dihitung berdasarkan jumlah balas
jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses
produksi
·
PDB dihitung berdasarkan jumlah seluruh
komponen permintaan akhir, yang terdiri atas pengeluaran konsumsi rumah tangga,
pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok, serta pengeluaran
konsumsi pemerintah dan ekspor bersih.
Analisa Mekanisme (kinerja) Ekonomi Nasional berdasar PDB
melalui 3 pendekatan, yaitu:
1 Pendekatan Produksi
Pendekatan
produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai produksi pada unit-unit
produksi atau menjumlahkan secara keseluruhan nilai tambah (value added).
Besarnya
nilai produksi (angka-angka PDB) diperoleh dari nilai tambah dari berbagai
jenis barang dan jasa sesuai dengan ISIC (International Standard Industrial
Classification ). Besarnya value added tiap sektor, yi :
VAs = OPs - IPs
Sedangkan nilai PDB-nya diperoleh dengan : PDB = VAsp + VAss + Vast.
Sedangkan nilai PDB-nya diperoleh dengan : PDB = VAsp + VAss + Vast.
2 Pendekatan Pengeluaran/Pembelanjaan
Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan permintaan
akhir dari unit/komponen2 ekonomi, yaitu:
Konsumsi Rumah Tangga (RT)=C
Konsumsi Rumah Tangga (RT)=C
Rumus
=> Y = C + I + G + (X-M)
Keterangan
:
Y=
Pendapatan Nasional G= Pengeluaran
Pemerintah
C=
Konsumsi Rumah Tangga X= Ekspor
I=
Investasi M=
Impor
a)
Konsumsi Rumah Tangga adalah nilai
pengeluaran sekelompok masyarakat yang tinggal bersama pada satu tempat tinggal
atas barang dan jasa yang dikonsumsi.
b)
Pengeluaran Pemerintah adalah besarnya
nilai pengeluaran untuk konsumsi dam investasi.
c)
Investasi adalah pembentukkan modal untuk
membeli barang dan jasa yang dapat menaikkan proses produksi.
d)
Ekspor Bersih diperoleh dari hasil
pengurangan nilai ekspor dengan nilai impor selama satu periode tertentu.
3 Pendekatan Pendapatan
Diperoleh dengan cara menghitung jumlah balas jasa bruto (blm
dipotong pajak) / hasil dari faktor produksi yang digunakan
PDB = sewa + upah + bunga + laba
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap
seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba
untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan
pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek
menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering
digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
2.
Pertumbuhan Ekonomi dan Perubahan Struktur Ekonomi
Dalam GBHN, tujuan
pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk
mengukur kesejahteraan adalah National Income. Awal
pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas:
a) Pertumbuhan
ekonomi
b) Distribusi
pendapatan
Proses pembangunan
ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:
·
Sisi permintaan agregat, pendalaman
struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh
terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.
·
Sisi penawaran agregat, faktor pendorong
utamanya adalah perubahn teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material baru
untuk produksi.
A.
Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income.
National income dapat merujuk pada GDP,
GNP atau NNP (Net national Product)
GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto
atas faktor luar negeri
NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak
langsung neto.
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl
Pendekatan pengukuran GDP:
a)
Pendekatan
sisi penawaran agregat yang mencakup:
Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output
(NO) dari semua sector ekonomi atau lapangan usaha. BPS membagi ekonomi
nasional dalam sektor:
a)
Pertanian
b)
Pertambangan
dan penggalian
c)
Industri
manufaktur
d)
Listrik,
gas, dan air bersih
e)
Bangunan
f)
Perdagangan,
hotel dan restoran
g)
Pengangkutan
dan komunikasi
h)
Keuangan,
sewa dan jasa perusahaan
·
Pendekatan pendapatan. PDB=jumlah
pendapatan yang diterima FP untuk proses produksi disetiap sector yg mencakup
gaji untuk TK, bunga untuk pemilik modal, sewa untuk pemiik tanah, profit untuk
pengusaha sebelum dipotong pajak dan mencakup penyusutan.
b)
Pendekatan sisi permintaan agregat
yakni pendekatan pengeluaran
PDB=C + I + G + X – M
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari:
a.
Nilai
absolute
b.
Nilai
relative (persentase)
Pertumbuhan dalam % dihitung:
∆GDPt = [GDPt – GDPt-1]/GDP
t-1
Pertumbuhan ekonomi dengan nilai absolute
dapat dinyatakan dalam:
i.
Nilai
nominal berdasarkan harga berlaku: kenaikan harga turut dihiitung termasuk
inflasi
GDPHB(t)
= [GDPHK(t) x IHKt]/100
ii.
Nilai
rill berdasarkan harga konstan: nilai produk dihitung berdasarkan harga pada
tahun dasar
GDPHK(t)
= [100/IHKt]XGDPHB(t)
Dimana:
HKt= harga konstan t = tahun tertentu
HBt= harga berlaku 100= IHK tahun dasar
IHKt= Indeks harga konsumen
B.
Perubahan
Struktur Ekonomi
Pembangunan
ekonomi jangka panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari pertanian menuju
industry (sector non primer) terutama industry manufaktur dengan increasing
return to scale. Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat
pendapatan perkapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi.
Perubahan
struktur ekonomi/transformasi structural merupakan serangkaian perubahan yang
saling terkait satu dengan lainnya dalam aggregate demand, perdagangan LN, dan
aggregate supply untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Teori
perubahan struktur ekonomi:
a)
Teori
Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas pembangunan di pedesaan
(perekonomian tradisional dengan pertanian sebagai sector utama) dan perkotaaan
(perekonomian modern dengan industry sebagai sector utama).
b)
Teori Hollis Chenery (Teori transformasi
structural/pattern of development)
Penelitian
Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:
· Pola
konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
· Akumulasi
capital secara fisik dan SDM
· Perkambangan
kota dan industry
· Penurunan
laju pertumbuhan penduduk
· Ukuran
keluarga yang kecil
· Sector
ekonomi didominasi oleh sector non primer terutama industry
Kenaikan
produksi sector manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
Ø Kenaikan
permintaan domestic
Ø Peningkatan
ekspor
Ø Substitusi
impor
Ø Perubahan
teknologi
REFERENSI
:
Ø Feryanto,
Agung dan Prima Setia, Hendro. 2012. Ekonomi untuk Kelas X SMA dan MA. Klaten:
PT. Intan Pariwara
Ø S,
Alam. 2014. Pengantar Ekonomi dan Bisnis Jilid 2 Bidang Keahlian Bisnis dan
Manajemen. Jakarta: Erlangga
Ø Puspitawati,
Endang dan Kesiyarinni, Novita. 2012. Ekonomi Kreatif untuk Kelas XI SMA dan MA
Semester Gasal. Klaten: Viva Pakarindo.
( Anita Saraswati, 20215850)
3. Pertumbuhan Ekonomi Selama Orde Baru
Sampai Sekarang
Sejak
kemerdekaan pada tahun 1945, masa orde lama, masa orde baru sampai masa
sekarang (masa reformasi) Indonesia telah memperoleh banyak pengalaman politik
dan ekonomi. Peralihan dari orde lama dan orde baru telah memberikan iklim
politik yang dinamis walaupun akhirnya mengarah ke otoriter namun pada kehidupan
ekonomi mengalami perubahan yang lebih baik. Melihat kondisi pertumbuhan
Indonesia selama pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis ekonomi 1997) dapat
dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang
spektakuler, paling tidak pada tingkat makro. Pada tahun 1968 PN per kapita
masih sangat rendah, hanya sekitar US$60 Laju pertumbuhan 7%-8% selama 1970-an
dan turun ke 3%-4% pada taun 1980-an, hal ini disebabkan oleh faktor eksternal
seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar internasional menjelang
pertengahan 1980-an dan resesi ekonomi dunia pada dekade yang sama. Sejak zaman
Orde Baru Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka, maka goncangan eksternal
terasa dampaknya terhadap pertumbuhan Indonesia. Perekonomian nasional pada
saat itu tergantung pada pamasukan dolar AS dari hasil ekspor komoditi primer
yaitu minyak dan pertanian. Tahun 1968 PN Per Kapita US$56,7; 1973 US$126,3;
1978 US$260,3; 1983 US$494,0; 1988 US$467,5; 1993 US$833,1; 1997 US$1088,0;
1998 US$640,0 dan 1999 US$580,0.
Ketika soeharto menjabat menjadi presiden RI saat ini kondisi
perekonomian di indonesia sangat buruk, tingkat inflasi yang terjadi pada
negara kita mencapai 650 % pertahun. Presiden Soeharto saat itu
menambahkan langkah yang telah di lakukan sebelumnya oleh Soekarno. dan
ternyata Soeharto berhasil menekan inflasi dari 650 % menjadi dibawah 15% dalam
waktu kurang dari dua tahum. untuk menekan inflasi yang begitu tinngi,
soeharto melakukan hal yang jauh berbeda dengan presiden sebelumnya ,
beliau membuat anggaran, menerbitkan sektor perbankan, mengembalikan sektor
ekonomi dan merangkul negara-negara barat untuk menarik modal.
Di samping itu soeharto pada tahun 1970-an juga
menggenjot penambangan minyak dan pertambangan. Sehingga pendapatan negara dari
migas meningkat, dari 0,6 % miliar pada tahun 1973 dan sekarang mencapai 10,6%
miliar pada tahun 1980. Puncaknya kebijakan tersebut adalah ketiaka penghasilan
dari migas sama dengan 80% hasil eksport indonesia. Dengan kebijakan itu,
indonesia bisa maju dalam pembangunan di bawah pemerintahan orde baru.
REFERENSI:
(Prastika Risqi Putri, 25215373)
4. Faktor - Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
Secara garis besar, terdapat sedikitnya 2 (dua)
faktor yang menentukan prospek pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Adapun kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan
eksternal.
1.
Faktor Internal
Krisis
ekonomi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh buruknya fundamental ekonomi
nasional, serta lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional pasca peristiwa
tersebut menyebabkan banyak investor asing yang enggan (bahkan hingga sampai
saat ini) menanamkan modalnya di Indonesia. Kemudian proses pemulihan serta
perbaikan ekonomi nasional juga tidak disertai kestabilan politik dan keamanan
yang memadai, penyelesaian konflik sosial , serta tidak adanya kepastian hukum.
Padahal faktor-faktor non ekonomi inilah yang merupakan aspek penting dalam
menentukan tingkat resiko yang terdapat di dalam suatu Negara untuk menjadi
dasar keputusan bagi para pelaku usaha atau investor terutama asing, untuk
melakukan usaha atau menginvestasikan modalnya di Negara tersebut.
2.
Faktor Eksternal
Kondisi
perdagangan dan perekonomian regional serta dunia merupakan factor eksternal
yang sangat penting untuk mendukung proses pemulihan ekonomi di Indonesia.
Mengapa kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia tersebut
dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan perekonomian
Negara-negara tersebut terutama mitra Indonesia sedang melemah, maka akan
berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu dan
akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia. Selain itu, terdapat juga beberapa
faktor yang dianggap penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu:
·
Faktor Sumber Daya Manusia
Sama
halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan,
cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
proses pembangunan.
·
Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian
besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber
daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
·
Faktor Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
·
Faktor Budaya
Faktor
budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
·
Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia
untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa
barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
·
Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Para
pengusaha memiliki perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikan akan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat atau menjadi bararang
yang akan dibutuhkan masyarakat. Kemampuan mengombinasikan input dapat disebut
sebagai kemampuan inovasi. Sejarah mencatat bahwa kemampuatun inovasi tidak
selalu dikaitkan dengan teknologi tinggi. Contohnya, produk coca cola, salah
satu minuman ringan terlaris di dunia dihasilkan oleh wirausaha Amerika
Serikat.
Lalu di samping itu, terdapat pula
beberapa faktor yang menentukan terjadinya perubahan
struktur ekonomi di Indonesia, antara lain:
struktur ekonomi di Indonesia, antara lain:
Ø Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan.
Ø Adanya modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah
dari bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi.
Ø Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan
untuk memperluas
pasar produk/jasa yang dihasilkannya.
pasar produk/jasa yang dihasilkannya.
Ø Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan
pengembangan sektor dan
komoditi unggulan.
komoditi unggulan.
Ø Ketersediaan infrastruktur yang menentukan kelancaran aliran
distribusi barang dan
jasa serta mendukung proses produksi.
jasa serta mendukung proses produksi.
Ø Kegairahan masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan
investasi secara terus-
menerus.
menerus.
Ø Adanya pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam
wilayah daerah.
Ø Terbukanya perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui
ekspor-impor.
REFERENSI:
(Fildzah Paramitha, 22215686)
5. Perubahan Struktur Ekonomi
Semakin
cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita, semakin
cepat perubahan struktur ekonomi. Perubahan struktur ekonomi/transformasi
structural merupakan serangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya
dalam aggregate demand, perdagangan LN, dan aggregate supply untuk mendukung
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Teori perubahan struktur ekonomi:
- Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori
ini membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di perdesaan dan di
perkotaan. Dalam teorinya, mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada
dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang
didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan
industri sebagai sektor utama
- Teori Hollis Chenery (Teori transformasi structural/pattern of development)
Teori
ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional ke sector industry sebagai penggerak
utama pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan
perkapita merubah:
· Pola
konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
· Akumulasi
capital secara fisik dan SDM
· Perkambangan
kota dan industry
· Penurunan
laju pertumbuhan penduduk
· Ukuran
keluarga yang kecil
· Sector
ekonomi didominasi oleh sector non primer terutama industry
Chenery
menyatakan bahwa proses transformasi structural dapat dipercepat jika
pergeseran pola permintaan domestic kearah produk manufaktur dan diperkuat
dengan ekspor.
|
Dimana: Yi =
output bruto industry manufaktur
Di = permintaan domestic untuk konsumsi
X-M = perdagangan neto (ekspor-impor)
Yij = penggunaan produk oleh perusahaan
menufaktur sebagai input
Kenaikan
produksi sector manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
- Kenaikan permintaan domestic
- Peningkatan ekspor
- Substitusi impor
- Perubahan teknologi
Kelompok LDCs mengalami proses transisi ekonomi
yang pesat dengan pola dan proses yang berbeda-beda sebagai akibat dari
perbedaan antar negara:
- Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industry dasar atau tidak)
- Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk)
- Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)
- Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industry apakah ada industry yang diunggulkan)
- Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)
- Kebijakan perdagangan LN (kebijakan tertutup/protektif indystri DN atau terbuka/promosi ekspor).
REFERENSI:
·
kuswanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19597/3.+Pertumbuhan+dan+Perubahan+Struktur+Ekonomidocx.doc
·
Dr. Tulus T.H Tambunan. 2009 . Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia
Indonesia
(Endah Darmasari, 22215211)
ANALYSIS:
In 2015 Indonesia missed its target for economic growth
because of a global slowdown. In 2015 budget deficit totaled 2,8 percent of
gross domestic product, above the 1,9 percent target set in the state budget
last year, while revenue was 1,491,5 trillion rupiah, tax revenue was 1,235,8
trillion. President Joko Widodo is seeking to spur growth in Southeast Asia’s
largest economy by increasing infrastructure spending at a time when tax and
commodity-export revenues are falling short of projections. The government has
introduced seven stimulus packages since September to increase spending and
boost investment to support the expansion.