Senin, 18 April 2016

PDB ,PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR

NPM: 20215850
           25215373
           22215686
           22215211
Minggu ke-5  

1.     Produk Domestik Bruto (PDB)
Adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit - unit produksi dalam wilayah suatu Negara (domestik) yang berlangsung selama satu tahun. Pada perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang berproduksi di Negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum di perhitungkan penyusutannya bersifat beruto/kotor. Perhitungan PDB dilakukan dengan cara berikut ini :
·         PDB dihitung berdasarkan unit-unit produksi yang melingkupi sektor-sektor ekonomi
·         PDB dihitung berdasarkan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi
·         PDB dihitung berdasarkan jumlah seluruh komponen permintaan akhir, yang terdiri atas pengeluaran konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok, serta pengeluaran konsumsi pemerintah dan ekspor bersih.
Analisa Mekanisme (kinerja) Ekonomi Nasional berdasar PDB melalui 3 pendekatan, yaitu:
               1     Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai produksi pada unit-unit produksi atau menjumlahkan secara keseluruhan nilai tambah (value added).
Besarnya nilai produksi (angka-angka PDB) diperoleh dari nilai tambah dari berbagai jenis barang dan jasa sesuai dengan ISIC (International Standard Industrial Classification ).  Besarnya value added tiap sektor, yi : VAs = OPs - IPs
Sedangkan nilai PDB-nya diperoleh dengan : PDB = VAsp + VAss + Vast.

               2     Pendekatan Pengeluaran/Pembelanjaan
Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari unit/komponen2 ekonomi, yaitu:
Konsumsi Rumah Tangga (RT)=C
Rumus => Y = C + I + G + (X-M)
Keterangan :
Y= Pendapatan Nasional        G= Pengeluaran Pemerintah
C= Konsumsi Rumah Tangga X= Ekspor
I= Investasi                             M= Impor

a)      Konsumsi Rumah Tangga adalah nilai pengeluaran sekelompok masyarakat yang tinggal bersama pada satu tempat tinggal atas barang dan jasa yang dikonsumsi.
b)      Pengeluaran Pemerintah adalah besarnya nilai pengeluaran untuk konsumsi dam investasi.
c)      Investasi adalah pembentukkan modal untuk membeli barang dan jasa yang dapat menaikkan proses produksi.
d)     Ekspor Bersih diperoleh dari hasil pengurangan nilai ekspor dengan nilai impor selama satu periode tertentu.

               3     Pendekatan Pendapatan
Diperoleh dengan cara menghitung jumlah balas jasa bruto (blm dipotong pajak) / hasil dari faktor produksi yang digunakan
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.

2.      Pertumbuhan Ekonomi dan Perubahan Struktur Ekonomi
Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income. Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas:
a)      Pertumbuhan ekonomi
b)      Distribusi pendapatan
Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:
·         Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.
·         Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahn teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.

A.           Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income. National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)
GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl
Pendekatan pengukuran GDP:
            a)      Pendekatan sisi penawaran agregat yang mencakup:
Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output (NO) dari semua sector ekonomi atau lapangan usaha. BPS membagi ekonomi nasional dalam sektor:
a)    Pertanian
b)   Pertambangan dan penggalian
c)    Industri manufaktur
d)   Listrik, gas, dan air bersih
e)    Bangunan
f)    Perdagangan, hotel dan restoran
g)   Pengangkutan dan komunikasi
h)   Keuangan, sewa dan jasa perusahaan

·         Pendekatan pendapatan. PDB=jumlah pendapatan yang diterima FP untuk proses produksi disetiap sector yg mencakup gaji untuk TK, bunga untuk pemilik modal, sewa untuk pemiik tanah, profit untuk pengusaha sebelum dipotong pajak dan mencakup penyusutan.

b)        Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran

PDB=C +  I + G + X – M

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari:
a.    Nilai absolute
b.   Nilai relative (persentase)

Pertumbuhan dalam % dihitung:
∆GDPt = [GDPt – GDPt-1]/GDP t-1

Pertumbuhan ekonomi dengan nilai absolute dapat dinyatakan dalam:
                                            i.            Nilai nominal berdasarkan harga berlaku: kenaikan harga turut dihiitung termasuk inflasi
GDPHB(t) = [GDPHK(t) x IHKt]/100
                                          ii.            Nilai rill berdasarkan harga konstan: nilai produk dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar
GDPHK(t) = [100/IHKt]XGDPHB(t)
Dimana:
HKt= harga konstan                   t = tahun tertentu
HBt= harga berlaku                    100= IHK tahun dasar
IHKt= Indeks harga konsumen

B.       Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari pertanian menuju industry (sector non primer) terutama industry manufaktur dengan increasing return to scale. Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi/transformasi structural merupakan serangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam aggregate demand, perdagangan LN, dan aggregate supply untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Teori perubahan struktur ekonomi:
a)      Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan pertanian sebagai sector utama) dan perkotaaan (perekonomian modern dengan industry sebagai sector utama).
b)      Teori Hollis Chenery (Teori transformasi structural/pattern of development)
Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:
·      Pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
·      Akumulasi capital secara fisik dan SDM
·      Perkambangan kota dan industry
·      Penurunan laju pertumbuhan penduduk
·      Ukuran keluarga yang kecil
·      Sector ekonomi didominasi oleh sector non primer terutama industry
Kenaikan produksi sector manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
Ø  Kenaikan permintaan domestic
Ø  Peningkatan ekspor
Ø  Substitusi impor
Ø  Perubahan teknologi

REFERENSI :
Ø  Feryanto, Agung dan Prima Setia, Hendro. 2012. Ekonomi untuk Kelas X SMA dan MA. Klaten: PT. Intan Pariwara
Ø  S, Alam. 2014. Pengantar Ekonomi dan Bisnis Jilid 2 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. Jakarta: Erlangga
Ø  Puspitawati, Endang dan Kesiyarinni, Novita. 2012. Ekonomi Kreatif untuk Kelas XI SMA dan MA Semester Gasal. Klaten: Viva Pakarindo.
( Anita Saraswati, 20215850)

3.      Pertumbuhan Ekonomi Selama Orde Baru Sampai Sekarang
Sejak kemerdekaan pada tahun 1945, masa orde lama, masa orde baru sampai masa sekarang (masa reformasi) Indonesia telah memperoleh banyak pengalaman politik dan ekonomi. Peralihan dari orde lama dan orde baru telah memberikan iklim politik yang dinamis walaupun akhirnya mengarah ke otoriter namun pada kehidupan ekonomi mengalami perubahan yang lebih baik. Melihat kondisi pertumbuhan Indonesia selama pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis ekonomi 1997) dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro. Pada tahun 1968 PN per kapita masih sangat rendah, hanya sekitar US$60 Laju pertumbuhan 7%-8% selama 1970-an dan turun ke 3%-4% pada taun 1980-an, hal ini disebabkan oleh faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar internasional menjelang pertengahan 1980-an dan resesi ekonomi dunia pada dekade yang sama. Sejak zaman Orde Baru Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka, maka goncangan eksternal terasa dampaknya terhadap pertumbuhan Indonesia. Perekonomian nasional pada saat itu tergantung pada pamasukan dolar AS dari hasil ekspor komoditi primer yaitu minyak dan pertanian. Tahun 1968 PN Per Kapita US$56,7; 1973 US$126,3; 1978 US$260,3; 1983 US$494,0; 1988 US$467,5; 1993 US$833,1; 1997 US$1088,0; 1998 US$640,0 dan 1999 US$580,0.
Ketika soeharto menjabat menjadi presiden RI saat ini kondisi perekonomian di indonesia sangat buruk, tingkat inflasi yang terjadi pada negara kita mencapai 650 % pertahun. Presiden Soeharto saat itu menambahkan langkah yang telah di lakukan sebelumnya oleh Soekarno. dan ternyata Soeharto berhasil menekan inflasi dari 650 % menjadi dibawah 15% dalam waktu kurang dari dua tahum. untuk menekan inflasi yang begitu tinngi, soeharto  melakukan hal yang jauh berbeda dengan presiden sebelumnya , beliau membuat anggaran, menerbitkan sektor perbankan, mengembalikan sektor ekonomi dan merangkul negara-negara barat untuk menarik modal.
Di samping itu soeharto pada tahun 1970-an juga menggenjot penambangan minyak dan pertambangan. Sehingga pendapatan negara dari migas meningkat, dari 0,6 % miliar pada tahun 1973 dan sekarang mencapai 10,6% miliar pada tahun 1980. Puncaknya kebijakan tersebut adalah ketiaka penghasilan dari migas sama dengan 80% hasil eksport indonesia. Dengan kebijakan itu, indonesia bisa maju dalam pembangunan di bawah pemerintahan orde baru.

REFERENSI:
(Prastika Risqi Putri, 25215373)

4.      Faktor - Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Secara garis besar, terdapat sedikitnya 2 (dua) faktor yang menentukan prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adapun kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal.
1.      Faktor Internal
Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh buruknya fundamental ekonomi nasional, serta lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional pasca peristiwa tersebut menyebabkan banyak investor asing yang enggan (bahkan hingga sampai saat ini) menanamkan modalnya di Indonesia. Kemudian proses pemulihan serta perbaikan ekonomi nasional juga tidak disertai kestabilan politik dan keamanan yang memadai, penyelesaian konflik sosial , serta tidak adanya kepastian hukum. Padahal faktor-faktor non ekonomi inilah yang merupakan aspek penting dalam menentukan tingkat resiko yang terdapat di dalam suatu Negara untuk menjadi dasar keputusan bagi para pelaku usaha atau investor terutama asing, untuk melakukan usaha atau menginvestasikan modalnya di Negara tersebut.
2.      Faktor Eksternal
Kondisi perdagangan dan perekonomian regional serta dunia merupakan factor eksternal yang sangat penting untuk mendukung proses pemulihan ekonomi di Indonesia. Mengapa kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia tersebut dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan perekonomian Negara-negara tersebut terutama mitra Indonesia sedang melemah, maka akan berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu dan akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia. Selain itu, terdapat juga beberapa faktor yang dianggap penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu:
·      Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
·      Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
·      Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
·      Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
·      Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
·      Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Para pengusaha memiliki perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikan akan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat atau menjadi bararang yang akan dibutuhkan masyarakat. Kemampuan mengombinasikan input dapat disebut sebagai kemampuan inovasi. Sejarah mencatat bahwa kemampuatun inovasi tidak selalu dikaitkan dengan teknologi tinggi. Contohnya, produk coca cola, salah satu minuman ringan terlaris di dunia dihasilkan oleh wirausaha Amerika Serikat.
Lalu di samping itu, terdapat pula beberapa faktor yang menentukan terjadinya perubahan
struktur ekonomi di Indonesia, antara lain:
Ø  Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan.
Ø  Adanya modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah dari bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi.
Ø  Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas
pasar produk/jasa yang dihasilkannya.
Ø  Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan sektor dan
komoditi unggulan.
Ø  Ketersediaan infrastruktur yang menentukan kelancaran aliran distribusi barang dan
jasa serta mendukung proses produksi.
Ø  Kegairahan masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan investasi secara terus-
menerus.
Ø  Adanya pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah.
Ø  Terbukanya perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor.
REFERENSI:
(Fildzah Paramitha, 22215686)

5.      Perubahan Struktur Ekonomi

Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi. Perubahan struktur ekonomi/transformasi structural merupakan serangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam aggregate demand, perdagangan LN, dan aggregate supply untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Teori perubahan struktur ekonomi:
  1. Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di perdesaan dan di perkotaan. Dalam teorinya, mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama
  1. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi structural/pattern of development)
Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sector industry sebagai penggerak utama pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:
·      Pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
·      Akumulasi capital secara fisik dan SDM
·      Perkambangan kota dan industry
·      Penurunan laju pertumbuhan penduduk
·      Ukuran keluarga yang kecil
·      Sector ekonomi didominasi oleh sector non primer terutama industry

Chenery menyatakan bahwa proses transformasi structural dapat dipercepat jika pergeseran pola permintaan domestic kearah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.
Yi = Di + (Xi-Mi) + Yij

 

 Dimana: Yi      = output bruto industry manufaktur
                        Di        = permintaan domestic untuk konsumsi
                        X-M    = perdagangan neto (ekspor-impor)
                        Yij       = penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input

Kenaikan produksi sector manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
  1. Kenaikan permintaan domestic
  2. Peningkatan ekspor
  3. Substitusi impor
  4. Perubahan teknologi
Kelompok LDCs mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara:
  1. Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industry dasar atau tidak)
  2. Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk)
  3. Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)
  4. Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industry apakah ada industry yang diunggulkan)
  5. Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)
  6. Kebijakan perdagangan LN (kebijakan tertutup/protektif indystri DN atau terbuka/promosi ekspor).

REFERENSI:
·         kuswanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19597/3.+Pertumbuhan+dan+Perubahan+Struktur+Ekonomidocx.doc
·         Dr. Tulus T.H Tambunan. 2009 . Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia
(Endah Darmasari, 22215211)



 

ANALYSIS:
            In 2015 Indonesia missed its target for economic growth because of a global slowdown. In 2015 budget deficit totaled 2,8 percent of gross domestic product, above the 1,9 percent target set in the state budget last year, while revenue was 1,491,5 trillion rupiah, tax revenue was 1,235,8 trillion. President Joko Widodo is seeking to spur growth in Southeast Asia’s largest economy by increasing infrastructure spending at a time when tax and commodity-export revenues are falling short of projections. The government has introduced seven stimulus packages since September to increase spending and boost investment to support the expansion.